Kamis, 22 Mei 2008

HYSTERIA


HYSTERIA
By Drs. Psi. T. Zilmahram

Konsepsi mengenai histeria adalah salah satu dari sedikit hal yang masih sulit dipahami dalam bidang psikologi abnormal. Mulai dari masanya Hipocrates, histeria telah memiliki pengertian yang luas dan melibatkan banyak gejala. Semasa Yunani kuno, gangguan ini menjadi ciri khas wanita dan muncul akibat ada gangguan di uterus. Teori ini bertahan selama berabad-abad, meskipun demikian di abad 16 mulai diyakini bahwa sumber histeria bukan pada uterus tetapi pada otak. Sejak ini diyakini bahwa histeria tidak hanya dapat menimpa wanita namun dapat pula dialami oleh pria.

Saat ini histeria merupakan suatu reaksi neurotis dari seseorang yang berupaya mengatasi kecemasannya melalui 2 cara sbb :

1. Merupakan konversi kecemasan dalam bentuk gejala fisik.
2. Merupakan disosiasi pikiran.

Histeria konversi berhubungan dengan neuropsychological, sedangkan histerical dissociation berhubungan dengan perilaku kognitif.

Coversion Reaction :
Jenis neurosis ini adalah suatu bentuk kecemasan individu yang dikonversikan dalam gejala fisik. Saat gejala diekspresikan melalui sensori atau motor dari sistem syaraf pusat, maka kondisi ini disebut dengan hysterical conversion neurosis. Pada saat gejala neurotis melibatkan sistem syaraf otonomic, perilaku maladaptif yang muncul disebut dengan psychophysiological disorder.

Sensory Symptoms
Perilaku neurotic dapat diekspresikan melalui sensori/indra tertentu. Sebagian besar gejala dikonversikan pada perabaan kulit, penglihatan dan pendengaran. Anastesia atau mati rasa kulit adalah salah satu bentuk dari reaksi konversi yang umum. Saat kecemasan muncul secara kuat, individu akan mencoba menghindari dengan reaksi menjadi mati rasa. Akibatnya individu tersebut tidak merasa sakit. Hal ini dapat dilihat apabila mereka didekati oleh benda tajam tidak ada upaya untuk menghindarinya. Dalam satu kasus misalnya seseorang yang ditusuk jarum dijarinya, orang tersebut tidak berupaya menghindari karena mereka tidak merasa sakit.

Pada abad pertengahan histeria ini dikenal sebagai penyakit setan. Ini mungkin karena reaksi konversi yang ditunjukan. Bagian kulit menjadi tidak sensitif terhadap rasa sakit karena ada setan yang bercokol disitu. Orang yang sangat mudah tersugesti dibawah stress atau takut akan mengembangkan gejala-gejala sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Jika bukan ribuan, ratusan pria-wanita mengalami kematian saat diupayakan kembali kealam nyata pada saat menunjukan gejala neurotic dari konversi jenis ini.

Beberapa contoh dramatis adalah orang yang mengalami konversi yaitu menjadi buta selama berlangsungnya perang. Ketakutan yang amat sangat selama perang membuat prajurit tertekan dan menunjukan beberapa gejala psikologis. Dilaporkan bahwa pada saat perang dunia II sejumlah kasus konversi dimana orang mengalami kebutaan terjadi di rumah-rumah sakit Inggris. Hampir sebagian besar yang buta karena menyaksikan kekejaman yang terjadi dalam peperangan. Seorang prajurit menjadi buta setelah menyaksikan sahabat dekatnya terkena granat yang meledak secara mendadak. Pasien lain kehilangan penglihatan setelah secara sekilas melihat kakinya terputus.

Gejala-gejala konversi dapat terjadi dalam bentuk mendengar sesuatu secara berulang-ulang. Dari observasi sehar-hari terlihat bahwa banyak orang tidak mampu mendengar sesuatu karena memang mereka tidak ingin mendengarnya. Seperti anak-anak yang sedang bermain yang tidak mendengar panggilan ibunya atau siswa-siswa yang tidak dapat mendengar suara bell sekolah.

Seorang pria muda kehilangan pendengarannya menjelang terjadinya pernag dunia kedua. Ia menjadi sangat galau setiap mendengar radio yang memberitakan konflik yang cukup mengancam sehingga ia menjadi tuli sebagai upaya untuk mengatasi masalahnya. Selama perang terjadi, khususnya di London dan kota lain yang menjadi sasaran bom, kasus-kasus tuli psikogenic berkembang dan ini merupakan reaksi penolakan terhadap sesuatu yang tidak mereka sukai seperti suara ledakan, bel, sirene atau teriakan-teriakan yang memekakkan telinga.


Motor Symptoms

Gejala motorik dari neurosis konversi diekspresikan dalam berbagai cara. Gejala-gejala yang sedikit serius seperti gemetaran, gerakan tertentu, kram dan adanya kontraksi otot. Gejala yang lebih serius seperti – setidaknya lebih dramatis – seperti gangguan dalam berbicara, kelumpuhan anggota badan dan serangan kompulsif yang tiba-tiba. Dalam banyak kasus, gejala konversi sangat menyerupai gejala gangguan organic dan ketidakmampuan tertentu.

Kelumpuhan konversi adalah satu dari situasi yang cukup dramatis dari reaksi konversi motor. Sebetulnya dalam bahasa kita sehari-hari hal ini telah cukup dikenal. Istilah-istilah itu seperti ‘lumpuh karena takut,’ kaku mendadak,’ atau ‘terpaku,’ merupakan hal-hal yang mengindikasikan adanya konflik emosional yang dipindahkan menjadi suatu gejala fisik. Dalam beberapa kasus, kelumpuhan konversi merupakan reaksi dari kondisi stress. Seorang siswa sekolah perawat tiba-tiba merasa tangannya lumpuh pada saat membersihkan lantai ruang operasi yang dinodai oleh darah. Seorang prajurit tiba-tiba lumpuh saat mendapat tugas untuk menyerang musuh. Prajurit lainnya yang menangis karena ketakutan saat serangan tidak dapat mengatupkan mulutnya lagi atau tidak bisa berbicara. Pada saat serangan berakhir ia secara perlahan mulai dapat berbicara dan dapat mengatupkan mulutnya lagi.

The Problem of Diagnosis

Permasalahan diagnosis dari reaksi konversi kadang-kadang lebih membingungkan dibandingkan dengan reaksi cemas, fobia dan obsesi-kompulsi. Pada kasus reaksi konversi, gejala-gejala harus dibedakan dengan gangguan organic yang sesungguhnya, pura-pura sakit dan kondisi psikotic awal yang disertai delusi somatic. Diagnosa yang sangat sukar adalah saat membedakan antara reaksi konversi dengan gejala-gejala yang dihasilkan oleh karena adanya organ yang lemah dari sistem syaraf.

Lack of Concern

Orang dengan gejala konversi histerical cenderung kurang menunjukan perhatian terhadap ketidakmampuan mereka. Meskipun permasalahan tersebut cukup serius dan kadang-kadang penderita percaya bahwa gejala tersebut tidak dapat diobati sehingga mereka tidak begitu memperdulikannya. Hal itu seperti seseorang yang tidak menyadari bahwa permasalahan tersebut sesungguhnya bukan permasalahan organic/fisik. Pasien dengan permasalahan organic yang serius sering menunjukkan kepedulian mengenai sakit yang ia derita, kuatir dan berupaya menanganinya dan tidak membiarkannya begiatu saja. Sedangkan orang yang neurotic tidak menunjukkan kepedulian tersebut. Ia cenderung menerima saja haltersebut dan merasa tidak ada kemungkinan untuk mengatasinya.

Contrariness to Anatomy

Gejala konversi histeris sering tidak berkaitan dengan kenyataan anatomis. Misalnya, kasus mati rasa kulit menunjukkan suatu batas yang jelas area mana yang sakit dan area mana yang tidak sakit. Hal ini lebih terkait dengan distribusi sistem syaraf dibandingkan dengan distribusi anatomic.

Sudden Onset (Serangan Tiba-Tiba)

Ciri penting lainnya dari diagnosa dari reaksi konversi adalah serangan tersebut muncul secara tiba-tiba dan gejalanya muncul secara berulang-ulang. Kontrasnya, gejala organic tersebut bersifat tipuan dan muncul secara konsisten.

Meskipun ada pedoman diagnosa dari histeria konversi, hal masih sulit untuk diidentifikasi. Suatu studi mengenai pasien di rumah sakit jiwa baru dinyatakan menderita histeria konversi setelah 7 tahun atau lebih sejak diagnosa dilakukan. Beberapa kasus lain ditemukan bahwa gangguan organik bukanlah permasalahan fisik yang sesungguhnya. Diantara pasien yang tidak memiliki gangguan organik, 2 orang diidentifikasi menderita schizoprhenia, 1 orang obsesional neurotic dan 7 menderita depresi. Setelah melakukan studi yang sama pada sejumlah pasien yang didiagnosa sebagai neurotic konversi di rumah sakit jiwa, peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat didiagnosa secara tetap. Para pasien ini dipilih secara acak dengan berbagai kondisi yang berbeda (Slater, 1961). Studi lain mengenai pasien yang didiagnosa sebagai penderita histeria konversi ditemukan hanya 13% yang benar-benar menderita histeric. Sedangkan 87% sisanya menunjukan gejala yang dapat dikelompokan dalam berbagai jenis diagnosis (Reed, 1975).

Theories of Conversion Neurosis

Meskipun faktanya menunjukan bahwa beberapa orang yang didiagnosa sebagai histeria konversi, hal ini bukan berarti mereka itu langsung digolongkan neurotic, sebagian besar psikolog dan psikiater sepakat bahwa reaksi konversi adalah merupakan gejala klinis sesungguhnya yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Seperti perilaku neurotic lainnya, gejala konversi umumnya muncul sebagai upaya untuk mengatasi kecemasan. Pendekatan terori perilaku menekankan bahwa ada proses pembelajaran yang alamiah, dimana keluhan fisik sebetulnya dalam banyak kasus tidaklah begitu jelas.Hal ini tidak seperti classical conditioning, operant shaping, modeling atau bentuk lain dari social learning tetapi merupakan sesuatu keluhan fisik yang muncul secara tiba-tiba. Pengertian learning dalam konteks ini adalah merupakan suatu bentuk yang kompleks dari cognitive conditioning. Sekali keluhan fisik dirasakan, maka pola-pola maladaptif dari perilaku cenderung dipertahankan dan ini berarti pasien memperoleh manfaat tertentu akibat “penyakit” yang dideritanya. Bentuk-bentuk penguatan perilaku ini cukup bervariasi dari satu kasus ke kasus lainnya.Pendekatan psikodinamika dari histeria telah diformulasikan oleh Freud, seseorang yang mengemukakan bahwa gejala fisik merupakan simbol ekspresi dan represi dari dorongan seksual. Sebagai contoh, seseorang yang mendrita gejala motor konversi seperti kejang-kejang. Freud dan pengikutnya percaya bahwa kejang-kejang ini merepresentasikan gerakan-gerakan seksual. Bertahun-tahun kemudian konsep histeria ini dikembangkan termasuk untuk mengenal bentuk-bentuk simbolisasi lainnya. Kelumpuhan neurotic pada tangan yang menimpa wanita muda pada saat ayahnya sakit diinterpretasikan sebagai keinginan untuk mempertahankan kehidupan ayahnya.

Dissociation : The Separation of the Self

Histerical dissosiatif neurosis adalah suatu pola dari perilaku maladaptif yang merupakan bagian dari kepribadian yang dikenal sebagai suatu kondisi kehilangan diri dan tersebar dalam dua atau lebih sistem psikologis. Pengembangan keluhan ini adalah hasil dari proses informasi karena adanya gangguan sensori yang muncul sejak masa bayi. Kemudian melalui penggunaan bahasa dan konsep abstrak, kondisi ini merasuk kedalam sistem psikologis dengan kompleksitas yang meningkat. Dalam kondisi ini gejala tersebut menjadi sesuatu yang sulit dikenali, bagian-bagian dari sistem psikologi ini mulai berfungsi dan bekerja dengan cara sendiri. Saat keluhan muncul, lebih dari satu gejala dapat terjadi. Disosiasi dari diri merupakan penyebab dari kindisi neurotik seperti amnesia, automatic behavior dan kepribadian ganda.

Amnesia : A Type of Psychological Sucide

Satu dari reaksi disosiatif histerical yang umum terjadi adalah amnesia atau hilangnya ingatan (lupa).Kondisi ini menggambarkan suatu ketidakmampuan untuk mengingat kembali tentang identitas dirinya. Orang-orang yang mengalami amnesia menemukan diri mereka tersasar dijalanan dan tidak mampu mengingat siapa mereka, dimana rumahnya atau tidak tahu apakah ia sudah menikah atau belum. Saat ditemukan oleh orang lain seperti polisi, penderita amnesia tampak kebingungan. Kadang-kadang penderita ini merasa seperti orang yang keracunan, meskipun misalnya petugas tidak menemukan bukti seperti itu. Dalam beberapa kasus amnesia ini bisa terjadi hanya beberapa jam saja atau bahkan sampai dengan bertahun-tahun.

Salah satu tipe dari amnesia adalah karena adanya luka di kepala. Seseorang yang mengalami kerusakan di otak akibat kecelakaan dapat mengalami kehilangan ingatan mengenai peristiwa sebelum dan sesudah kecelakaan tersebut terjadi. Sebagian besar kasus amnesia bagaimanapun memiliki sebab-sebab psikologis. Masalah ekonomi, perkawinan, seksual dan kehidupan sosial dapat menjadi lebih sulit pada saat seseorang berupaya mencari jalan keluar terhadap konflik yang ia alami dengan cara melupakannya. Seorang pria memutuskan untuk terjun ke sungai saat kehilangan tabungannya akibat penipuan. Dalam perjalanannya menuju sungai, ia mengalami kehilangan ingatan dan tersasar dijalanan sampai ia diketemukan polisi dan diantar ke rumah sakit. Beberapa bulan kemudian ingatannya pulih kembali. Bunuh diri sesungguhnya tidak terjadi karena anugerah dan disebut dengan anugerah bunuh diri psikologis.

Seorang wanita muda yang tersasar di jalanan luar kota dibawa ke rumah sakit oleh polisi. Ia mengetahui tanggal dan bahwa ia sebelumnya di Cincinnati. Ia yakin bahwa ia memiliki 2 anak dan merasa bahwa akan kembali ke mereka. Ia tidak mengetahui berapa usianya tetapi ia mengatakan tidak lebih dari 30 tahun. Di Mississippi, seorang pecandu berusia 26 tahun yang tergolek ditempat tidur rumah sakit memandang kosong pada rambut putih ibunya, yang mencoba untuk mengingatkan ketika ia masih muda dan ini sebagai upaya ibunya untuk mengembalikan ingatannya. Pecandu ini berbicara kepada ibunya “maaf, saya tidak tahu siapa kamu, tetapi saya ingin agar saya dapat mengenal kamu karena saya menyayangi lebih daripada segala sesuatu yang ada didunia ini.” Seluruh keluarga dekatnya mengitari tempat tidur, tetapi pria muda ini tetap tidak dapat mengenal segala sesuatu tentang dirinya.

The Fugue : Terbang Tanpa Sadar

Ini adalah bentuk amnesia dimana seseorang melarikan diri karena ada kesulitan. Fugue dapat berlangsung dalam beberapa hari sampai dengan berbulan-bulan dan korban dapat pergi ke banyak kota yang bermil-mil jauh dari rumahnya. Selama dalam keadaan fugue dapat muncul secondary personality dengan mengabaikan sama sekali basic personalitynya. Meskipun demikian selama periode fugue penderita tetap menggunakan pengalaman masa lalunya sebagai basic personality. Dalam hal ini penderita hanya mengubah namanya dan masih cukup mampu mengarahkan dirinya untuk berpakaian normal.

Bentuk perilaku yang cukup complicated dapat terjadi selama fugue. Penderita bisa jadi melakukan perjalanan yang cukup jauh, membeli tiket kereta atau pesawat, memesan kamar di hotel, mendapat pekerjaan dan hidup secara normal meskipun dalam setting yang berbeda. Seorang pria berusia 22 tahun hilang dari boat mancingnya di Florida. Oleh keluarga dan teman-temannya ia dikira telah mati, tetapi 6 tahun kemudian ia menelepon saudara prianya dan mengatakan bahwa ia bekerja sebagai seorang petugas kesehatan di sebuah rumah perawatan di New Orleans dan tiba-tiba ia mengingat kembali namanya. Meskipun demikian ia tidak ingat sama sekali apa yang terjadi selama periode 6 tahun saat ia menghilang.

Automatic Behavior : Ketidaksadaran Berbicara & Bertindak.

Tipe disosiatif histeris reaksi neurotis dapat diilustrasikan sebagai automatic behavior. Orang yang menunjukkan perilaku ini tidak sadar bahwa ia mengatakan atau melakukan sesuatu. Mereka dapat berbicara secara otomatis dan tidak percaya pada saat mereka mendengarkannya kembali. Pada kasus lain seseorang menulis atau menggambar secara otomatis.

Kadang-kadang mereka mampu menulis secara produktif. Diantara para penulis otomatis yang terkenal adalah Flammarion dan Sardou. Pasien worth of st. louis menulis beberapa novel dengan cara seperti ini. Reverend Stainton Moses menulis sejarah. Andrew Jackson Davis menulis tentang evolusi dan Elsa Barker menghasilkan Letters from a Living Dead Man.

Menulis otomatis dalam berbagai kondisi dan menunjukan suatu kekayaan ekspresi. Seringkali kata-kata awal dari tulisan mereka tampak aneh dan tidak bermakna. Secara bertahap kata-kata tersebut membentuk prase, kemudian kalimat, dan - jika ada kecenderungan kuat kearah perilaku seperti ini – penderita akan menjadi sangat terampil untuk menulis dalam aliena yang lebih panjang. Dalam beberapa kasus isi tulisannya menggambarkan konflik-konflik personal yang mereka alami.

Multiple Personality

Ini adalah suatu langkah psikologis yang mudah dari menulis otomatis. Dengan sesuatu yang terpisah, pada kondisi kepribadian ganda, hal ini merupakan segmen dissociated dari kondisi kepribadian.

Kekuatan dari dalam antara aspek yang berbeda yang ada didalam diri menjadi subyek dari sejumlah keinginan. Robert Louis Stevenson menggunakan kepribadian ganda sebagai topik dari cerita klasiknya yaitu “Dr. Jekyll & Mr. Hyde.” Tema ini juga yang diangkat dalam buku Sybil dan The Three Faces of Eye.

Kepribadian ganda mirip dengan situasi diman seseorang berjalan dan berbicara saat mereka tertidur. Mereka ini mudah untuk dihipnotis dan cenderung menunjukan tindakan yang dissociated.

Kepribadian ganda ini pertama kali dihubungkan dengan amnesia. Disamping amnesia reaksi disosiatif merupakan suatu hal yang sering muncul.


Apa Penyebab Dissosiatif ?

Beberapa bentuk dari neurosis disosiatif disebabkan oleh konflik kebutuhan dan keinginan. Pemisahan diri adalah puncak dari kegagalan yang berulang saat seseorang berupaya menyesuaikan dan mengintegrasikan kepribadiannya. Bagaimanapun, suatu ide dan emosi dapat memisahkan diri dari kepribadian utama dan mengarah kepada sesuatu keterpisahan yang semu dan menjadi suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan.

Aspek perilaku dari disosiasi mungkin sedikit lebih penting dibandingkan dengan komponen kognitif. Beberapa jenis pembelajaran dapat digunakan dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat biologis/fisik. Terutama berkaitan dengan hal-hal yang terjadi karena simbolisasi. Disosiatif neurosis biasanya juga menunjukan hal-hal yang didramatisasi yang berdampak kuat terhadap sistem-sistem motivasi konflik.

OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD)


OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD)

Oleh : Drs. Psi . T. Zilmahram


J.P. Chaplin, Phd. :

Obsession-compulsice neurosis :
Suatu psikoneurosis yang ditandai oleh sering dan menetapnya suatu ide-ide yang sebetulnya tidak diinginkan dan impuls yang mendorong perilaku kompulsi bersifat irasional dan stereotype serta ritualistik. Hal ini sebagai reaksi terhadap suatu kecemasan atau mengatasi rasa bersalah. Sebagai suatu contoh tindakan mencuci tangan secara berulang-ulang merupakan refleksi dari kecemasan dan rasa bersalah akibat melakukan masturbasi.

James C. Coleman :
Obsessive-compulsive neurosis :
Gangguan yang ditandai oleh adanya dorongan, pikiran dan tindakan yang mengganggu dan menetap namun sebetulnya tidak diinginkan.

Obsessive-compulsive personality :
Gangguan kepribadian yang ditandai oleh adanya perhatian yang berlebihan yang melekat pada diri seseorang terhadap suatu nilai-nilai etis tertentu.

Ciri-ciri umum :
1. Orang OCD menderita karena ada suatu gangguan dari suatu obsesi atau kompulsi yang menetap. Obsesi atau kompulsi adalah suatu hal (ide maupun aktivitas) yang mengganggu, menyita waktu dan terjadi berulang-ulang dalam kegiatan sehari-hari.
2. Obsesi mengacu pada pikiran, perasaan, ide, imaji atau impuls yang menyerang kesadarn seseorang. Obsesi adalah suatu bentuk gangguan yang bersifat absurd dan irasional dan berbeda dengan rasa kuatir pada umumnya akibat adanya masalah yang nyata.
3. Meskipun demikian biasanya orang merasakan obsesi sebagai sesuatu yang tidak masuk diakal, namun meereka mengalami suatu rasa cemas yang dahsyat. Untuk mengatasi kecemasannya tersebut mereka melakukan aktivitas yang bersifat ritualistik atau tindakan mental yang berulang. Kegiatan ini dikenal sebagai kompulsi.
4. Sebagian besar orang dengan OCD mencoba bertahan dengan sikap kompulsinya meskipun kelihat bodoh dan menggelikan atau tidak berhubungan dengan suatu upaya untuk mencegahnya. Sekalipun demikian orang yang menderita OCD melalui kegiatan kompulsinya merasa mamupu mengatasi kecemasan atau minimal menguranginya.

Gejala OCD yang dapat diamati :
1. Obsesi meliputi pikiran tentang adanya kontaminasi/keracunan, merasa digagahi, kecelakaan atau kehilangan sehingga mereka butuh upaya untukmengatasinya.
2. Kompulsi biasanya terdiri dari 3 kegiatan yaitu mencuci, menghitung dan memeriksa. Mencuci dilakukan secara berulang-ulang karena merasa terkontaminasi oleh kuman atau racun tertentu. Menghitung berulang-ulang dilakukan terhadap suatu objek, frekuensi atau menghitung jumlah suatu kegiatan. Memeriksa berulang-ulang seperti memeriksa pintu apakah sudah terkunci, jendela, ban mobil, untuk mengetahui apakah sesuatu sudah aman. Hal ini dilakukan karena merasa mengalami kecemasan akibat kelupaan untuk melakukan sesuatu yang dapat berdampak merugikan atau berbahaya bagi dirinya.
3. Kompulsi lainnya dapat terlihat dalam bentuk berdoa yang berlebihan, meraba, memakai suatu atribut pakaian tertentu, melakukan hal-hal lain yang tidak biasanya seperti mengumpulkan suatu benda tertentu dan berbagai variasi dari kegiatan ritual yang tidak biasanya. Kegiatan ini kadang-kadang bercampur dengan perilaku yang dianggap sebagai “tahyul.”
4. Sebagian penderita depresi mengalami OCD pula.
5. Memiliki kepedulian tinggi terhadap diri, sebagian besar penderita OCD tidak menampilkan perilaku kompulsi sebelum adanya serangan penyakit.

Suatu contoh OCD, seorang wanita merasa selalu ada pecahan kaca didalam makanannya sehingga setiap akan makan ia selalu memeriksa makanannya apakah didalamnya ada pecahan kaca atau tidak. Seorang pria selalu mengalami ketakutan saat meminum kopi karena merasa adanya jarum didalam gelas. Setiap akan minum ia harus memeriksa ulang gelasa dengan menuangkan airnya sampai 4 kali untuk memastikan bahwa tidak ada jarum didalam gelasnya.

Kadang obsesi ini muncul sedemikian kuatnya sehingga penderita merasa sedemikian terganggu. Seorang pria harus memeriksa pintu rumahnya berkali-kali setiap malam. Ia mengganjal pintu dengan kursi dan melakukan kegiatan pengamanan lain yang berlebihan. Saat ditanya mengapa ia melakukan itu, ia tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan.

Bentuk lain adalah kleptomania dimana adanya dorongan yang tidak terkendalikan untuk mencuri. Perilaku kleptomania berbeda dengan pencurian biasanya karena dilakukan tanpa alasan yang jelas, seperti orang kaya yang mencuri barang-barang yang sebetulnya mampu ia beli. Ketika ditanya kenapa mencuri ia tidak dapat menjawabnya dan hanya mengatakan saya tidak tahu, tidak dapat menjelaskan, dan saya hanya merasa adanya dorongan untuk melakukan itu dan saya lakukan.

Bentuk lainnya ialah pyromania, yaitu dorongan untuk melakukan pembakaran. Perilaku ini sangat membahayakan orang lain. Namun, pelakunya tidak memiliki alasan yang jelas, ia hanya merasa adanya dorongan membakar maka iapun melakukannya.

Teori Obsesi Kompulsi (George W. Kisker)

Saat ini OCD dianggap sebagai suatu bentuk pola-pola reaksi yang dipelajari. Hal ini merupakan bentuk untuk mencari pemenuhan terhadap kebutuhan individu. Pemuasan ini dilakukan secara berulang dan memperkuat perilakunya untuk terus mempertahankan perilaku tersebut. Pada saat kognisi dan lingkungan diasosiasikan dengan perilaku tersebut, kemungkinan perilaku menjadi adaptif secara substansial semakin meningkat.

Penjelasan tersebut dapat dicontohkan dengan obsesi-kompusi pyromania (pembakaran). Perilaku ini digambarkan sebagai suatu bentuk reaksi pembalasan yang muncul akibat kebutuhan untuk memuaskan pikiran merusak atau sikap agresif. Kepuasan setalah melakukan pembakaran merupakan fakto penguat untuk memunculkan perilaku membakar secara berulang. Tindakan balas dendam melalui pembakaran tersebut merupakan generalisasi dari sikapnya karena merasa disakiti orang lain atau akibat dari situasi tertentu. Setting pembakaran kemudian menjadi pola reaksi yang melekat dalam dirinya.

Elemen kognitif dalam beberapa bentuk perilaku obsesi kompulsi sedikit ditemukan. Orang peragu dan memiliki perasan yang kurang mantap terkadang dapat memunculkan perilaku kompulsif dan mengganggu interaksinya dengan orang lain. Suatu contoh seorang suami dan ayah seorang anak merasa bahwa anaknya tersebut bukanlah berasal darinya dan ini terus berkembang. Ia ragu bahwa anaknya tersebut bukan keturunannya sehingga mempengaruhi interaksinya dengan istri maupun anaknya tersebut. Ia selalu merasa cemas dan was-was.

Pendekatan psikodinamika melihat OCD sebagai suatu gejala seseorang yang mencoba mengatasi masalah konflik bawah sadar dari permasalahan seksual dan agresifitas. Sebagai contoh seorang pria yang menyetir mobilnya terobsesi untuk selalu mengarahkan mobil untuk keluar dari pembatas jalan sehingga dapat membahaykan dirinya, begitu ia sadar maka ia berusaha meminggirkan kenderaannya dan istirahat sejenak untuk menenangkan diri. Interpretasi psikoanalitis menjelaskan bahwa ini diakibatkan adanya dorongan bawah sadar dalam diri pria tersebut yang bersifat destruktif dan agresif yaitu ingin membunuh dirinya sendiri akibat dari suatu konflik-konflik bawah sadar tertentu yang terkait dengan unsur agresifitas dan ketidaksukaan terhadap diri sendiri akibat adanya suatu perasaan bersalah dan membenci diri sendiri. Ini merupakan refleksi dari konflik yang terjadi didalam diri pria tersebut.

Faktor Penyebab OCD :

1. Subtitusi pikiran dan tindakan.
2. Rasa bersalah dan ketakutan akan hukuman.
3. Kebutuhan akan keteraturan dan predictability.

Subtitusi pikiran dan tindakan merupakan bentuk pertahanan dari serangan rasa cemas. Subtitusi ini dapat muncul dalam bentuk perilaku yang kompleks seperti bentuk mekanisme pertahanan diri yaitu munculnya reaksi formasi. Dalam kondisi ini individu bertindak bertentagan dengan apa yang seharusnya ia lakukan. Misalnya seorang wanita sangat membenci ayahnya (padahal seharusnya menyayanginya) karena alam bawah sadarnya menginginkan ayahnya mati agar ia dapat menikah dengan pemuda idamannya. Atau seorang bawahan sangat ketakutan dengan atasannya karena ancaman pemecatan maka ia mengembangkan perilaku sangat memuji atasannya secara berlebihan untuk mengatasi rasa cemasnya.

Contoh akibat adanya rasa bersalah dan ketakutan akan hukuman, tampak pada penderita OCD yang setelah melakukan pembunuhan merasa ketakutan kemudian ia selalu mencuci tangannya secara berulang-ulang untuk mengatasi rasa cemasnya. Atau seorang pria yang setelah berselingkuh selalu mencuci secara berulang-ulang alat kelaminnya sebagai refleksi dari upayanya untuk membersihkan diri.

Sedangkan OCD akibat kebutuhan akan keteraturan dan predictability merupakan gambaran kebutuhan akan kepastian sehingga ia selalu melakukan kegiatan secara berulang-ulang untuk memastikan sesuatu telah berjalan dengan seharusnya dan merupakan refleksi untuk mengatasi kecemasan dan rasa tidak amannya.
Sebagian besar penderita OCD mengalami gejala tersebut sebelum usia 35. Mereka kadang-kadang mengalami OCD setelah mengalami suatu peristiwa yang cukup menekan dirinya. Bagi sebagian yang lainnya gejala OCD berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. Gangguan ini bersifat kronis. Tindakan psikoterapi biasanya behavioral diperlukan untuk menanganinya dan sebaiknya bersama-sama dengan tindakan medis.

Penanganan

Secara umum pananganannya meliputi 3 strategi dasar, yaitu :

1. Membantukan individu untuk membedakan antara pikiran dengan tindakan. Menerima segala sesuatu seperti “pantangannya” sebagaimana orang lainnya dan mengintegrasikannya kedalam struktur pribadi.
2. Membantu individu untuk membedakan antara bahaya yang memang riil dengan bahaya yang hanya bersifat bayangan saja/pikiran dan berespon secara tepat terhadap bahaya yang dirasakan (misal tidak perlu memeriksan kunci pintu berkali-kali atau mencuci tangan berulang-ulang).
3. Memblock perilaku ritual OC dengan cara memberikan ganjaran yang setimpal bagi Ybs. saat ia berhasil menghibdari dari perilaku keurotic (OC) tersebut.

Keseluruhan strategi tersebut bertujuan untuk mengurangi defense neurotic dan membantu individu untuk bertindak secara wajar dan normal. Namun, upaya ini membutuhkan waktu sampai dengan OC tersebut benar-benar hilang. Sebagai contoh dalan suatu kasus seorang wanita sebelum memakai baju baik untuk dirinya maupun untuk anaknya selalu memeriksa baju tersebut sampai dengan 3 kali baik bagian luar maupun bagian dalamnya, kemudian menyibak/menggoyangkan baju tersebut 3 kali dan mencuci serta menyetrika sampai dengan 3 kali. Saat melakukan konsultasi psikologi diketahui bahwa wanita tersebut mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap kuman dan penyakit sehingga obsesi terkontaminasi terefleksikan dalam bentuk perilaku kompulsi (memeriksa, mencuci, menyetrika 3 kali). Program penanganannya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membantu ia membedakan secara objektif hal-hal yang kotor dan tidak steril dan mengurangi ketakutan berlebihan yang tidak perlu serta menolongnya membuat keputusan yang realistis tentang standar kebersihan yang umumnya dilakukan oleh orang lain.
2. Memberikan penguatan perilaku yang konsisten saat ia mampu menghindari perilaku ritualnya tersebut.
3. Menggunakan pengarahan verbal yang dilakukan oleh psikolog untuk mencegah pengulangan perilaku tersebut.

Dibutuhkan waktu 9 bulan untuk menghilangkan perilaku OC yang dialami oleh wanita tersebut.

Kompulsi yang terjadi dalam OCD berbeda dengan kompulsi yang terjadi pada gangguan lain seperti gangguan makan atau gangguan seksual. Demikian pula harus dibedakan gangguan kompulsi yang terjadi pada penderita depresi dan schizophrenia.

SLEEP DISORDERS


SLEEP DISORDERS

Oleh Drs.Psi. T. Zilmahram


Gangguan tidur terdiri dari :
1. Insomnia disorder
2. Sleep-wake (Circadian Rhythm) disorder
3. Sleepwalking disorder

Sebagian besar orang mengalami masalah tidur atau terbangun karena mimpi buruk sekali waktu dalam hidupnya, hal ini muncul terutama pada saat-saat seseorang mengalami tekanan atau dalam kondisi mengalami kecemasan tertentu. Stress atau kecemasan yang mengawali gangguan tersebut biasanya didorong adanya suatu peristiwa tertentu. Apabila gangguan tidur tersebut muncul berhari-hari bahkan sampai dengan bertahun-tahun maka hal ini menjadi suatu problem yang serius dan biasa didiagnosa sebagai sleep disorder.

Gangguan tidur meliputi kesulitan untuk mulai tidur, kualitas tidur yang minim, tidur terlalu banyak atau masalah-masalah yang terjadi selama siklus tidur-bangun terjadi. Gangguan tidur lainnya dapat terjadi dalam bentuk seseorang yang berjalan-jalan tanpa sadar selama waktu tidurnya atau adanya mimpi buruk. Sebagai besar gangguan disebakan oleh adanya stress, konflik psikologis, atau gangguan psikiatris lainnya, gaya hidup yang kurang sehat, penggunaan alkohol dan narkoba atau masalah-masalah yang berkaitan dengan penyakit fisik.



INSOMNIA DISORDER

Ciri-ciri umum :
1. Masalah saat mulai tidur, saat tertidur atau tidur dalam waktu lama tetapi tidak memuaskan. Problem ini terjadi minimal dalam kurun waktu 1 bulan.
2. Pada siang hari, individu sulit konsentrasi, energi lemah dan depresi serta mengalami perasaan cemas.
3. Saat ditempat tidur, sebagian besar penderita insomnia membayangkan permasalahan dirinya dan merasa tegang secra fisik maupun mental. Ketakutan tidak bisa tidur semakin menambah stress dirinya sehingga ia semakin tidak bisa tidur. Sebagian penderita mengalami riwayat panjang kesulitan tidur dan tidak dapat dikaitkan dengan konflik emosional.
4. Beberapa jenis dari insomnia terkait dengan gangguan lain seperti depresi, gangguan ganda, gangguan kecemasan. Penangannya harus fokus pada kondisi yang benar-benar menjadi penyebabnya.

Faktor tambahan yang dapat diamati:
1. Perubahan hidup, musibah, kehilangan, trauma dapat mencetuskan insomnia.
2. Alkohol atau mengkonsumsi narkoba.
3. Kondisi fisik.
4. Pengaruh usia.

Sebagian besar orang membutuhkan waktu tidur 6 s/d 9 jam dan dengan bertambahnya usia kebutuhan waktu tidur dapat berkurang. Umumnya orang membutuhkan waktu untuk memulai sampai dengan tertidur sekitar ½ jam. Depresi sering memnyebabkan orang terbangun saat tertidur, bangun sangat awal dipagi hari atau bahkan tidur secara berlebihan. Gangguan kecemasan dan gangguan penyesuaian diri sering menyebabkan orang sulit untuk memulai tidur.

SLEEP WAKE (CIRCADIAN RHYTHM) DISORDER

Semua kita mengalami apa yang disebut dengan jam biologis yang mengatur siklus badaniah, khususnya berkaitan dengan tidur. Hal ini dikenal dengan "Circadian rhythms,” yaitu suatu siklus umum selama 24 jam terakhir dimana seseorang tidak melihat jam atau matahari. Masalah muncul saat lingkungan menuntut suatu siklus yang berbeda dengan ritme internal seseorang, dimana hal tersebut tidak dapat bekerja sesuai dengan siklus 24 jam-an yang normal. Hal ini dapat terjadi dalam kasus seperti jet-lag, perubahan giliran waktu kerja/shift dan interupsi saat tertidur dan ini sering menyebabkan sleep-wake disorders. Orang-orang dipaksa untuk bangun saat fungsi badaniahnya ingin tidur atau sebalinya.

Ciri-ciri Sleep-wake (Circadian Rhythm) Disorder :
1. Tidak ada kesesuaian antara ritme tidur internal dengan kondisi nyata lingkungan, orang tidak mampu tidur saat ingin tidur, atau tiba-tiba tertidur padahal tidak diinginkan.
2. Jika masalah menetap orang dapat merasa lemas, disorientasi dan dapat sakit. Jika individu dimungkinkan untuk mengikuti siklus tidur-bangunnya secara normal, permasalahan tersebut dapat diatasi.

Gejala tambahan yang dapat diamati:

1. Sindrom tertundanya tidur, individu biasanya terlambat tidur dan bangun kesiangan.
2. Sindrom jetlag, orang yang bepergian melewati zona waktu dan dipaksa tertidur berbeda dengan jadwal biasanya. Gejala ini biasanya hilang setelah 2-3 hari.
3. Sindrom kerja shift, orang yang bekerja pada saat seharusnya tidur.

Orang memiliki kemampuan yang berbeda dalammenyesuaikan diri dengan perubahan jadwal tidur. Orang muda umum lebih adaptif. Tetapi mereka yang terlambat tidur dapat mengganggu aktivitasnya dikeesokan hari.

Gangguan insomnia meskinya dikesampingkan saat seseorang mulai mengalami sleep-awake (circadian rhythm) disorder. Orang-orang dengan gangguan jadwal tidur
Tidak memiliki problem dengan tidur apabila mendapatkan kesempatan untuk tidur dengan jadwal normal. Pemberian obat untuk mengatasi kesulitan tidur akan menimbulkan komplikasi tertentu apabila masalah dasarnya tidak ditangani dengan baik.

NIGHTMARE DISORDER

Ciri-ciri :
1. Individu secara berulangkali terbangun karena mimpi yang menakutkan akibat dari suatu kecemasan. Tema-tema mimpi ini bersifat mengancam Ybs.
2. Individu terbangun sangat cepat dan segera siaga. Kadang mereka langsung melompat dari tempat tidurnya. Kejadian mimpi biasanya dapat diingat secara rinci.
3. Mimpi buruk biasanya dipicu oleh suatu peristiwa yang cukup menekan/stress, trauma, transisi/perubahan dalam kehidupan, penyakit fisik atau masalah emosional.

Beberapa ciri lain :
· Individu cenderung sensitif, kreatif namun kurang matang/rapuh dan terkadang memiliki riwayat masalah yang panjang.
· Masalah kesehatan mental turut memicu terjadi gangguan ini.
· Pengkonsumsi narkoba terkadang emngalami mimpi buruk.

Mimpi buruk dapat dipicu oleh riwayat kehidupan yang sarat dengan situasi stress. Menariknya dari beberapa laporan menyebutkan bahwa sebagain mereka yang mengalami gangguan mimpi buruk telah mengalaminya sejak kecil. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh dari karakteristik kepribadian seseorang yang menyebabkan ia mudah terkena gangguan mimpi buruk.

Gangguan tidur lainnya dikenal dengan sleep terror disorder dan bukan gangguan karena mimpi buruk. Individu bangun dalam keadaan bingung, disorientasi, panik dan berteriak karena ada sesuatu yang mengganggu. Namun, biasanya individu tidak sadar dan setelah pagi hari ia terlupa sama sekali.

SLEEPWALKING DISORDER

Ciri-ciri :
1. Meskipun tidak sadar, penderita gangguan tidur jenis ini dapat berjalan, berpakaian, keamar mandi bahkan mencuci dan makan. Beberapa diantaranya ada yang sampai meninggalkan rumah dan mencoba menyetir kenderaan. Namun, koordinasi psikomotoriknya tampak lemah dan terlihat kaku.
2. Penderita biasanya dapat memahami rute yang ia jalani meskipun rentan mengalami kecelakaan. Wajah terlihat kosong dan tidak responsif. Dalam kondisi ini ia sukar terbangun.
3. Kadang-kan\dang mereka bangun setengah sadar dan kembali ketempat tiduratau terbangun disembarang tempat pada saat pagi hari tanpa dapat mengingat bagaimana mereka bisa sampai ketempat tersebut. Mereka tidak ingat apa yang sudah terjadi namun melalui upaya yang terarah memori mereka dapat direcaal untuk mengingat apa yang sudah terjadi.


Ciri-ciri tambahan :
1. Jika berbicara tidak terarah atau inkoheren dan tanpa dialog.
2. Jarang berperilaku agresif.
3. Mungkin terjadi kecelakaan pada saat berjalan.
4. Setelah terjaga biasanya mentalnya berfungsi secara normal.

Sleepwalking dapat terjadi diantara keluarga dan dapat dipicu oleh adanya gangguan syaraf yang ringan, namun umumnya dipicu pula oleh adanya stress, kelelahan, kehilangan kemampuan tidur secara normal. Gangguan ini biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak dan terjadi pada sekitar 15% anak-anak. Namun, setelah dewasa gangguan ini dapat berkurang. Apabila terjadi pada orang dewasa maka biasanya adanya suatu faktor tertentu yang cukup signifikan sebagai penyebab gangguan tadi.

PARANOIA


PARANOIA
Oleh : Drs. Psi. T. Zilmahram

JP Chaplin, Phd. :

Paranoia :
Suatu ciri gangguan psikotic yang ditandai adanya delusi yang sistematis atau waham dengan sedikit deterioasi. Hal ini cenderung menetap dan cukup kuat pengaruhnya serta incapacity.

Paranoic, paranoiac :
Individu yang menderita paranoia atau paranoid schizophrenia.

Paranoid :
1. Berhubungan atau sama dengan paranoia.
2. Individu yang memiliki ciri perilaku atau sikap seperti orang paranoia, atau orang yang merasa terancam oleh orang lain.

Paranoid personality :
Suatu kepribadian yang ditandai adanya sikap penuh curiga, nsangat sensitif tanpa adanya deteriorasi atau delusi.

Paranoid schizophrenia :
Salah satu jenis dari schizophrenia yang ditandai oleh gejala delusi atau sikap sangat curiga. Hal ini disebabkan adanya gangguan difungsi berpikir, halusinasi dan deteriorasi.

James C. Coleman

Paranoia :
Suatu ciri psikosis yang ditandai adanya delusi yang sistematis.



Paranoid Personality :
Individu yang menunjukan gejala perilaku proyeksi seperti defence mencahnism, curiga, iri, sangat cemburu dan keras kepala.

Paranoid Schizophrenia :
Salah satu jenis dari schizophrenia yang ditandai adanya delusi dan halusinasi yang biasanya cukup kuat.

Istilah paranoia sendiri telah digunakan dalam waktu yang cukup lama. Jaman Yunani kuno dan Romawi istilah ini digunakan untuk mengacu pada suatu gangguan yang tidak dapat dibedakan dengan berbagai gangguan mental lainnya. Saat ini penggunaan istilah ini lebih terbatas sejak Kraeplin menunjukan suatu kasus dimana adanya delusi dan kontak yang minim dengan realitas namun tidak terjadi disorganisasi personality yang kuat seperti yang terjadi pada kasus schizophrenia.

Saat ini ada 2 jenis psikosis paranoid yang termasuk dalam kelompok gangguan paranoid, yaitu :

1. Paranoia, dimana terjadinya delusiyang berkembang secara perlahan kemudian menjadi rumit, logis dan sistematis serta hal tersebut berpusat pada delusi merasa dikejar-kerjar atau waham kebesaran. Meski adanya delusi, kepribadian penderita masih utuh, tidak ada disorganisasi yang serius dan tanpa halusinasi.
2. Paranoid state, terjadinya perubahan delusi yang paranoid dan cara berpikir menjadi tidak ligis serta munculnya ciri-ciri paranoia, meskipun belum menunjukkan perilaku yang aneh atau deteriorasi seperti yang ditemukan pada kasus schizophrenia paranoid. Biasanya kondisi ini berhubungan dengan stress yang kuat dan mungkin pula karena fenomena kefanaan. Paranoid states sering mewarnai gambaran klinis dari jenis gangguan patologis lainnya.

Namun, perhatian utama kita saat ini tertuju pada paranoia. Paranoia relatif sedikit ditemukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa, namun hal ini mungkin terjadi karena kekeliruan dalam mengidentifikasi gangguan mental. Banyak para penemu/inventor, guru, eksekutif bisnis, reformer fanatik, pasangan pencemburu, orang-orang nyentrik yang mendalami suatu ajaran tertentu termasuk dalam kategori ini. Namun, uniknya mereka ini mampu mempertahankan eksistensinya di masyarakat. Dalam beberapa kasus diantara mereka ada yang berkembang menjadi seseorang yang sangat berbahaya.

Gambaran Klinis Paranoia

Individu yang mengalami paranoia merasa sendirian, diabaikan, dimata-matai, dan persepsi salah lainnya tentang adanya ancaman dari ‘musuh.’ Delusi ini biasanya berpusat pada satu hal misalnya menyangkut masalah keuangan, pekerja, pasangan yang tdk dapat dipercaya atau masalah-masalah kehidupan lainnya. Orang yang mengalami kegagalan dalam bekerja akan mengembangkan sikap curiga seperti ada orang lain yang cembutu terhadap prestasi kerjanya sehingga ingin menjatuhkannya.

Seorang paranoia memiliki alasan tertentu mengapa mereka curiga dan tidak mau menerima alasan lain yang sebenarnya lebih benar. Karena sikap curiga tersebut ia dapat melakukan interogasi terhadap mereka yang dianggap musuh.

Banyak dari paronoia ini memiliki waham dimana ia seorang superior dan memiliki kemampuan yang unik. Terkadang mereka merasa mendapat mandat atau wahyu untuk menjalankan suatu misi suci, melakukan pembaharuan dan perubah sosial. Para paranoiac religius mengembangkan keyakinan bahwa ia mendapat amanat dari Tuhan untuk menyelamatkan manusia dan melakukan khotbah-khotbah bahkan mengajak dilakukannya perang suci.

Berkaitan dengan delusi yang dialami paranoiac dapat tampil dengan sangat sempurna, berbicara fasih dan terkesan memiliki emosian yang matang. Halusinasi dan ciri gangguan lain jarang ditemukan pada paranoiac ini. Mereka berupaya melakukan pembenaran dengan cara-cara yang logis agar dapat dipercaya. Dalam kasus ini sangat sukar dibedakan mana yang fakta atau hanya sekedar imaji. Mereka berupaya agar orang-orang disekitarnya mempercayai apa yang dikatakannya. Mereka gagal untuk melihat fakta lain diluar apa yang mereka yakini dan kurang dapat membuktikan keyakinannya, kecurigaanya serta mereka menjadi tidak komunikatif saat ditanyakan mengenai delusinya tersebut.

Meskipun demikian paranoic ini tidak selalu berbahaya, tetapi mereka tetap memiliki peluang untuk melakukan sesuatu hal yang merugikan terhadap orang-orang dianggap musuhnya.

Tahapan berpikir yang mendorong terjadinya paranoia :

1. Suspiciousness/Curiga - individu menjadi tidak percaya kepada orang lain, takut akan dirugikan dan menjadi sangat siaga.
2. Protective Thinking – mengkaji secara selektif tindakan orang lain dan melihatnya secara curiga dan mulai menyalahkan orang lain atas kegagalannya.
3. Hostility/permusuhan – sangat sensitif terhadap ketidakadilan yang dirasakan meskipun tidak benar, hal ini direspon secara marah dan sikap permusuhan dan ini semakin meningkatkan kecurigaan.
4. Paranoid Illumination / Berkembangnya Paranoid – Sikap penuh curiga sudah menjadi bagian dirinya dan ia merasakan adanya sesuatu yang aneh namun ia ia telah tenggelam dalam situasi kecurigaan tersebut.
5. Delusions – merasa dikejar-kejar atau adanya waham kebesaran namun ia mengembangkan suatu alasan yang logis dan mengembangkan tindakan-tindakan yang dapat dipahami oleh orang lain.


Faktor Penyebab Paranoia :

1. Kegagalan proses belajar.
2. Kegagalan & inferiority
3. Elaborasi sistem pertahan diri & Pseudocommunity.

Kegagalan proses belajar – biasanya sejak masa kanak-kanak, paranoia suka menyendiri, pencuriga, mengasingkan diri, keras kepala dan sangat sensitif. Saat diingatkan mereka cemberut dan uring-uringan. Hanya sedikit dari mereka yang menunjukan kemampuan bermain dengan anak lain yang normal atau bersosialisasi dengan baik.

Latarbelakang keluarga memegang peranan yang penting. Situasi lemahnya penerimaan dalam keluarga dan penggiringan sikap inferioritas akan mengembangkan sikap anak untuk berusaha menjadi superior. Ketidakmantapan latarbelakang keluarga mempengaruhi perasaan anak terhadap orang lain dan membentuk perilaku negaif anak terhadap orang lain.

Proses sosialisasi yang tidak tepat membentuk perilaku anak yang mudah curiga kepada orang lain. Dengan demikian akan terbentuk sikap permusuhan dan ingin mendominasi orang lain. Kondisi ini akan saling mempengaruhi, sikap bermusuhannya direspon secara negatif olhe lingkungan dan iapun semakin curiga dengan orang lain sehingga perlahan-perlahan terbentik kepribadian yang paranoia. Selanjutnya terjadilah isolasi sosial dan ia semakin tidak percaya kepada orang lain.

Perkembangan kepribadian selanjutnya dimasa kanak-kanak ini mengembangkan suatu sikap gabungan dari merasa diri penting, kaku, arogan, ingin mendominasi dan membentuk gambaran diri yang tidak realistis dan menimpakan kegagalan atau kesialannya kepada orang lain. Mereka menjadi sangat curiga dan sangat peka menghadapi situasi ketidakadilan. Selanjut individu tidak memiliki selera humor.

Mereka mulai mengkategorikan mana orang baik dan jahat. Harapan mereka dan tujuan hidup mereka seringkali tidak realistik. Mereka menolak untuk menerima permasalahan yang dengan cara-cara yang lebih realistik. Mereka cenderung menjadi orang yang uring-uringan dan menolak kontak yang normal. Mereka tidak mampu membina hubungan sosial yang hangat, bersikap agresif dan merasa superior.

Kegagalan dan Inferiority

Biasanya riwayat para paranoiac sarat dengan kegagalan dalam beradaptasi dengan situasi kehidupan yang penting seperti lingkungan sosial, pekerjaan dan perkawinan. Menghadapi ini mereka bersikap rigid, membuat goal yang tidak realistik dan tidak mampu membina hubungan jangka panjang dengan orang lain. Kegagalan ini diinterpretasikan olehnya sebagai penolakan, penghinaan dan peremehan oleh orang lain.

Kegagalan ini menyebabkannya sukar untuk memahami sebab-sebab utama sebenarnya dari permasalahan yang ia alami. Misalnya, mengapa mereka harus meningkatkan kemampuannya dalam berhubungan sosial dalam rangka mencegah reaksi negatif dari orang lain – mengapa mereka sampai tidak disukai dalam pekerjaan misalnya karena mereka menyelidiki sesuatu secara sangat rinci. Ia tidak mampu untuk memahami dirinya dan situasi secara objektif, tidak mampu memahami mengapai ia sampai menarik diri dan mengapa orang lain menolaknya.

Meskipun demikian perasaan inferiority dari penderita paranoia bersifat topeng saja, karena sesungguhnya mereka ingin superior dan menganggap dirinya penting dan hal ini dimanifestasikan dalam banyak aspek dari perilakunya. Mereka sangat ingin dihargai, hipersensitif terhadap kritik, sangat teliti dan rajin.

Para individu paranoid pada saat dihadapkan dengan kegagalan mereka biasanya mengatakan “orang-orang tidak menyukai kamu,” barangkali ada sesuatu yang salah pada diri kamu,” kamu inferior.” Mereka sering bersikap defensif, menjadi sangat kaku dan cenderung menyalahkan orang lain. Pola-pola defensif ini akan membantu melindungi dirinya dari perasaan inferiority dan perasaan tidak berharga.

Elaborasi mekanisme pertahanan diri dan “Pseudocommunity.”

Kaku, merasa diri penting, tidak humoris dan pencuriga membuat penderita tidak populer dilingkungan sosialnya. Mereka saring salah menangkap maksud orang lain. Sensitif terhadap ketidakadilan.

Reaksi paranoid biasanya berkembang secara bertahap. Kegagalan yang ia alami membuat ia mengelaborasi defence mechanism. Untuk menghindari agar dinilai tidak mampu mereka mengembangkan alasan logis dibalik kegagalannya.

Secara bertahap gambaran dimulai dengan kristalisasi proses yang lazim disebut paranoid illumination. Kemudian hal tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga penyebab-penyebabnya semakin kabur. Penderita mulai melindungi dirinya dan memiliki asumsi bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya (ditahap awal). Selanjutkan kegagalan tersebut ia timpakan kepada orang lain.

Kemudian terjadi proses apa yang disebut dengan pseudo community dimana penderita mulai mengkategorisasikan orang-orang disekitarnya (faktual atau bayangan) yang menentang atau tudak menyukai dirinya.

Kejadian-kejadian menjadi perhatian penderita. Ia selalui menyikapi hal-hal disekitarnya dengan sikap curiga. Pseudo community ini bisa disebabkan karena stress yang kuat, misalnya akibat kegagalan ditempat kerja. Ia akan menimpakan kesalahan tersebut kepada orang lain dan mulai mengidentifikasikan orang-orang yang dianggap menghambatnya atau menentang dirinya.

UPAYA PENANGANAN

Pada tahap awal paranoia, penanganan secara kelompok maupun individual masih efektif, terutama apabila penderita memiliki kesadaran untuk memcari bantuan profesiona.

Tehnik terapi tingkah laku menunjukkan hal-hal menjanjikan seperti, ide paranoid muncul karena berbagai kombinasi hal-hal yang tidak menyenangkan, berbagai faktor perubah dalam situasi kehidupan seseorang semakin memperkuat perilaku maladaptifnya dan berkembang menjadi cara yang ampuh untuk mengatasi permasalahannya.

Sekali sistem delusi menetap, penanganan akan menjadi sangat sukar. Biasanya sulit berkomunikasi dengan paranoiac untuk mengatasi masalahnya dengan cara-cara yang rasional. Dalam situasi seperti ini penderita enggan berkonsultasi, tetapi mereka berusaha mencari pembenaran dan pengertian dari orang lain terhadap kesalahan yang mereka lakukan.

Hal yang tidak menguntungkan adalah kurang begitu bermanfaatnya merumahsakitkan paranoiac. Kepada paranoiac biasanya lebih efektif memberikan hukuman daripada penanganan. Mereka cenderung menunjukkan kesuperiorannya kepada pasien lain apabila di rumah sakit dan mengeluh apabila keluarga dan petugas kesehatan menempatkan mereka di rumah sakit tanpa alasan yang valid, sehingga mereka menolak bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan treatment. Dengan demikian kegagalannya untuk mengendalikan tindakan dan pikirannya dan sulitnya bekerjasama membuat mereka tinggal dalam waktu lama di rumah sakit. Hal ini membuat mereka susah untuk recovery. Meskipun demikian secara tradisional prognosa tentang paranoia kurang begitu bermanfaat.

Pada saat awal mengidentifikasikan psikosis dengan schizophrenia dan paranoia, telah disepakati bahwa manifestasi klinis dari kasus ini harus dibedakan dengan gangguan neurosis atau psikosomatik. Ciri schizophrenia jelas adanya kegagalan pemahaman/kontak dengan realitas dan terjadi disorganisasi kepribadian seperti gangguan dalam fungsi berpikir, afek/perasaan maupun masalah perilaku.

Identifikasi sebagian besar jenis schizophrenia seperti acute, paranoid, katatonik, hebephrenic dan simple memperlihatkan perbedaan klinis untuk setiap jenis. Berbagai faktor penyebab masih sulit dipahami mengapa hal tersebut dapat berkembang. Meskipun demikian para ahli melihat adanya peran faktor genetik yang signifikan yang menyebabkan schizophrenia. Mungkin karena neuropshysiological atau perubahan biochemical yang mengganggu otak berfungsi normal, termasuk disini adalah kegagalan dalam menyeleksi mekanismenya. Penyebab yang tepat dari perubahan tersebut harus dapat dipastikan untuk menetukan apakah karena faktor genetik atau karena gangguan mental. Namun, harus pula diperhatikan penyebab psiikologis lainnya yang signifikan. Disamping itu faktor psikososial memegang peranan penting pula.Penanganan inovatif perlu dipertimbangkan seperti chemotherapy, terapi psikososial, program paska perawatan akan membuat kondisi penderita lebih baik.

Gangguan paranoid biasanya tidak mengalami disorganisasi kepribadian yang parah dibandingkan dengan jenis psikosis lainnya, namun mereka sangat resisten/menolak berbagai tindakan terapi yang diberikan.

PENTINGNYA RELATIONSHIP


RELATIONSHIP PROBLEMS
By Drs. Psi. T. Zilmahram

Permasalahan yang dimaksud disini adalah menyangkut relasi interpersonal antara 2 orang dewasa. Permasalahan tersebut meliputi perkawinan, cohabitation, heteroseksual, gay atau lesbian dan hubungan non tradisional lainnya. Masalah relasi disini menyangkut hal-hal yang terkait dengan permasalahan medis atau psikiatris, disfungsi seksual, masalah keuangan , kesulitan rumah, tindakan kriminal atau ketidakadilan. Mengapa hal ini perlu dibahas ? karena banyak mereka yang perlu dibantu disebabkan oleh tekanan yang mereka hadapi.


JENIS MASALAH RELASI

Permasalahan relasi menyangkut dimensi yang cukup luas, meliputi :

1. Kesulitan komunikasi
2. Konflik kebutuhan, alienasi
3. Perselingkuhan
4. Masalah seksual
5. Konflik sebagai orang tua
6. Perubahan peran gender
7. Kekerasan
8. Penyalahgunaan hak
9. Cemburu

Beberapa dari mereka yang mengalami permasalahan mencari bantuan untuk dapat berhubungan secara lebih baik lagi dengan pasangannya. Hal ini kadang-kadang terjadi karena ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan atau memecahkan beberapa aspek spesifik yang terjadi dalam proses relasi mereka dan dipersepsikan secara berbeda antara dirinya dengan pasangannya dan mempengaruhi sikap, nilai maupun tingkah laku mereka. Mereka beranggapan pasangannya tidak toleran. Untuk mengatasi ini mereka tidak jarang dalam rangka menjaga integritas personal memilih untuk mengakhiri relasi tersebut, perceraian misalnya. Relasi yang tidak stabil umumnya ditunjukkan oleh pasangan yang kurang memiliki moralitas religius.

Penyebab dari permasalahan relasi bisa muncul karena adanya ketidaksesuaian filosofis, dilema moral, permasalahan emosional, penyakit fisik atau konflik.

Kasus di Inggris menunjukkan semakin meningkatnya angka perceraian dari wak tu ke waktu. Pada tahun 1996 dari 279.000 perkawinan, 169.000 berakhir dengan perceraian yang terjadi di tahun tersebut juga. Pasangan yang membutuhkan konseling perkawinan mencapai 58%, wanita single yang melakukan konseling 29% sedangkan pria 13%.


SEBAB-SEBAB

Akar masalah dapat disebabkan oleh sikap yang dependent, permasalahan seksual, kegagalan dalam tahap perkembangan hidup, kegagalan dalam menjalankan fungsi sebagai pasangan atau orang tua. Kondisi keluarga, budaya dan sosioekonomi turut mempengaruhi bagaimana kemampuan mereka mengatasi masalah yang ada. Perlu dicermati pula bahwa suatu hal tidak tidak dianggap masalah, namun merupakan masalah bagi pasangannya. Ketidakmampuan mengkomunikasian hal ini secara tepat merupakan sumber permasalahan pula.


PENANGANAN

Konseling perkawinan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan. Namun, hal ini sangat tergantung dari tingkat permasalahan yang dihadapi. Konseling ini dapat berupa pre-marital konseling, konseling masalah seksual, masalah ketidaksuburan, perceraian. Namun, permasalahan seringkali tidak tunggal, artinya adanya kombinasi atau gabungan dari berbagai permasalahan.

Sebelum dilakukan konseling perlu ditegaskan terlebih dahulu apakah hanya seorang atau kedua-duana\ya membutuhkan bantuan penanganan. Kontak awal antara klien dengan konselor sangat menentukan bagaimana proses konseling berikutnya akan berlangsung. Bisa saja kontak awal ini melalui telepon namun berikutnya dibutuhkan pertemuan langsung untuk mengsolusi permasalahannya.

Konseling dapat berfokus hanya pada seorang saja atau kedua-duanya. Proses dan lamanya konseling sangat ditentukan oleh orientasi teoritis konselor dan strategi yang digunakan oleh konselor. Namun, yang paling penting disini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi, tujuan dan acuan yang digunakan oleh klien sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan konseling.

Intensitas dan lamanya konseling berkaitan dengan tingkat masalah yang ada dan kondisi dari klien maupun pasangannya. Dalam pelaksanaannya dimungkinkan terjadi perubahan internal yang radikal dan mendorongan terjadinya konsolidasi pola-pola baru dalam berhubungan. Hal ini difokuskan untuk memecahkan persoalan yang ada dan mengatasi ancaman terhadap kelangsungan relasi. Konseling dapat berlangsung antara 1 s/d 30 sesi dengan rata-rata 5 sesi.

Efektivitas konseling sangat tergantung pada kerjasama dan kesediaan klien untuk mengatasi persoalannya. Jadi, efektivitas konseling tidak semata-mata dilihat dari metoda yang digunakan atau kepiawaian konselornya.

Perbedaan permasalahan relasi membutuhkan suatu kerangka prognosis yang menyeluruh. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mereka yang mengikuti konseling memiliki emosi yang lebih baik, dapat memahami dirinya lebih baik dan mampu menghargai dirinya yang pada akhirnya mampu membina relasi secara lebih baik. Pada dasarnya disini konselor membantu membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dengan kebutuhan relasinya. Individu diarahkan untuk mampu berafiliasi, menghargai diri sendiri maupun pasangannya.

Konseling mendorong agar individu dn pasangannya dapat hidup secara lebih baik. Konselor bertugas untuk menolong setiap pasangan agar mampu berbagi secara maksimal dan memenuhi kebutuhan setiap individu dan pasangannya.

Prinsip penanganan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Negosiasi kontrak untuk melakukan konseling, batasanya, maksud, metoda kerja dan lamanya.
2. Renegosiasi dari kontrak konseling untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan individu maupun pasangannya.
3. Menjaga kerahasiaan dan privacy.
4. Menjaga kesinambungan relasi pasangan.
5. Bekerjasama dengan pasangan untuk meningkatkan kualitas relasi.
6. Bersikap seimbang, tidak berat sebelah terhadap individu dan pasangannya.
7. Menghindari sikap-sikap kontraproduktif dalam proses konseling.
8. Memberikan perhatian yang seimbang terhadap semua pihak.
9. Memperhatikan nilai-nilai yang diyakini oleh klien.
10. Mengantisipasi dan mencegah kemungkinan terjadinya tindak kekerasan dari pasangan atau hal-hal lain yang dapat merugikan klien.

Personal Growth


PERSONAL GROWTH
Oleh Paul Wilkins
Disadur T. Zilmahram

Untuk sebagian orang tujuan dari konseling dan psikoterapi adalah untuk perkembangan pribadi. Hal itu berarti mereka sebenarnya bukan dalam kondisi yang kritis. Beberapa orang merasa dirinya cukup baik namun ingin lebih meningkatkan kualitas diri. Beberapa pendekatan dalam terapi dapat digunakan dengan melihat kecenderungan kerpibadian dari klien. Misalnya seseorang yang memiliki intuisi dan kemampuan merasakan yang baik kan lebih efektif ditangani dengan menggunakan pendekatan cognitove-behavioral. Sedangkan orang rasional dengan logika berpikir yang baik lebih efektif ditangani dengan mengedepankan aspek emosional dan spiritual. Namun, dalam penerapan kedua pendekatan ini haruslah cermat. Jika tidak hati-hati maka hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Untuk ini seorang terapis haruslah fleksibel.

Woolfe (in Horton et al., 1996 : 612) mengkaji suatu fungsi pengembangan konseling yang cukup penting. Dalam hal ini ia melihat dalam setting komunitas konseling untuk pengembangan akan difokuskan pada “suatu sikap hidup yang wajar/normal bagi seseorang yang akan memasuki masa remaja, yang akan memulai bekerja, bagaimana hidup bersama, peran gender, memasuki paruh baya, kesiapan menerima pensiun. Hal ini bermanfaat arah yang ingin dicapai cukup terfokus.

Perkembangan pribadi ini sangat terkait bagaimana kita mampu mengeksplorasi diri sendiri dalam rangka untuk lebih memahami diri kita. Apabila ada masalah yang ditemukan maka difokuskan untuk mengatasi hambatan yang ada, menggeser penghalang dan memperoleh pemahaman yang lebih utuh untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Hal ini diyakini sebagai akar dari apa yang disebut dengan self actualization seperti yang pernah dikatakan oleh Spinelli (1994:258) bahwa :

“semua individu dapat mengembangkan dirinya secara lebih jernih dan terintegrasi, berbagi nilai-nilai, memilih tanggung jawab yang diyakininya dan memiliki kekhasan dalam pengalamannya melalui eksplorasi terhadap potensi kemanusiaan yang dimiliki.”

Brammer (1993) memaknakan tujuan aktualisasi ini secara lebih luas, melalui suatu konsep pengembangan yang lebih umum dan menawarkan jalan pemecahan segera terhadap permasalahan yang diarahkan kepada upaya untuk membantu klien untuk lebih memahami kekhasan dirinya dan merancang batasan yang lebih baik antara diri dengan orang lain. Dalam hal ini diberikan tujuh contoh dari tujuan pencapai aktualisasi secara ideal, yaitu :

1. Mengembangan suatu pemahaman yang lebih jelas tentang identitas personal dan mematangkan kepekaan dalam memahami proses emosional.
2. Memantapkan kekuatan-kekuatan yang khas, batasan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai.
3. Kemampuan untuk menetapkan tujuan dan memulai proses pembelajaran baru serta mampu mengatasi kecemasan dan ketakutan yang ada.
4. Adanya kapasitas untuk menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain dan mengembangkan kesediaan untuk mengambil tanggung jawab pribadi.
5. Menetapkan arah pengembangan dan menunjukkan fleksibilitas serta keterbukaan pada orang lain.
6. Membangun kemandirian.
7. Mengembangkan kemampuan untuk bertindak efektif dengan cara-cara yang tepat dalam ruang lingkup kehidupan saat ini.

Makna dari pengembangan pribadi sangat tergantung dari konteks yang ada. Hal ini juga sangat tergantung dari pendekatan yang digunakan. Misalnya rational emotive behavior terapi menekankan filosofi perubahan adalah suatu tujuan sedangkan multimodal therapy menekankan pada adanya perubahan yang lebih ekstensif. Hemming (1991 :50) mengacu pada konsep Adlerian menyatakan bahwa “dorongan untuk mengekspresikan diri dalam lingkungan merupakan suatu potensi yang diwariskan.”

Psikologi & Kehidupan




Pernahkah kita merasakan hidup ini suatu karunia?
pernahkah kita merasakan hidup ini adalah suatu keindahan?
pernahkah kita merasakan hidup ini suatu persinggahan? untuk suatu saat meneruskan perjalanan kembali?

Pernahkah kita mengucapkan syukur untuk itu semua?

Links

http://habahate.blogspot.com